Kamis, 27 Shafar 1442 H / 15 Oktober 2020.
Bantul, Yogyakarta - Segala puji bagi Allah yang masih memberikan anugerah waktu
dan semangat untuk terus mengkaji ilmu-Nya yang luas. Sejak tiga minggu
terakhir, tepatnya pada waktu subuh hingga menjelang matahari terbit, Masjid Mus’ab bin Umair kompleks Pondok
Pesantren Ibnul Qoyyim Putra terasa sangat hidup. Para asatidz muda yang
mengabdi di pondok kini sedang bersemangat dalam mengikuti kegiatan Tahsin
Tajwid bersama direktur PPIQ Putra, Ustadz H. Purwadi Pangestutyas. Meskipun pondok masih sunyi dari suara
obrolan dan aktivitas santri, majelis ilmu yang hampir setiap hari diikuti oleh
para asatidz muda ini selalu mewarnai pagi hari di Pondok.
Kegiatan ini diinisiasi langung oleh Ustadz H. Purwadi,
dengan harapan kajian Tahsin Tajwid ini menjadi wadah bagi para asatidz untuk
terus mempelajari bagian dari ilmu Al-Qur’an,
juga sebagai bekal bila sewaktu-waktu mereka diminta untuk menjadi imam
sholat, baik di masjid Pondok maupun di masyarakat.
Sebagai gambaran, kegiatan ini dilaksanakan selepas sholat
subuh. Diawali dengan membaca dzikir pagi bersama, kemudian dilanjutkan dengan
kajian inti Tahsin Tajwid yang dibimbing langsung oleh Ustadz H. Purwadi. Apabila kajian Tahsin Tajwid telah
selesai, Ustadz H. Purwadi biasa memberikan
beberapa pesan dan nasihat.
Ada satu nasihat yg pernah beliau sampaikan kepada para asatidz muda, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah, beliau menyampaikan kurang lebih, "Nikmatnya hidup di pondok ya gini, kita bisa leluasa untuk belajar. Berbeda kalau kita sudah di masyarakat, kita harus benar-benar matang, karena masyarakat sangat memperhatikan kita."
Teringat kisah perjalanan hidup (Alm) KHR. Hisyam Syafi’ie
(Pendiri Pondok) yang pernah diceritakan oleh Ustadz Muhammad Yahmin di kediaman beliau, Rabu malam (23/9/2020). Beliau menyampaikan, bahwa salah satu kebiasaan yang tidak pernah putus dilakukan oleh Mbah Hisyam dulu adalah pembinaan terhadap anak-anak muda desa Gandu (desa berdirinya Pondok Pesantren
Ibnul Qoyyim Yogyakarta, yang kini menjadi unit putri). Beliau membimbing anak-anak
muda untuk selalu dekat dengan langgar, dan melaksanakan sholat 5 waktu di langgar (sekarang masjid
Al-Mujahidin). Selain itu, Ustadz Yahmin juga bercerita, bahwa Mbah Hisyam
selalu memastikan selepas sholat subuh harus ada kultum. Tidak ada hari yang
terlewatkan di langgar itu kecuali di dalamnya pasti ada kultum subuh, baik
disampaikan oleh Mbah Hisyam sendiri, juga disampaikan oleh anak-anak muda sebagai
wadah mereka untuk belajar.
Semoga apa yang dilakukan oleh Ustadz H. Purwadi Pangestu bersama para asatidz PPIQ putra sekarang ini menjadi upaya melanggengkan kebiasaan baik yang telah diwariskan oleh (Alm) KHR. Hisyam Syafi’ie.
Reporter : Muhammad
Jundi Rabbani