Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim
Putra kembali mengadakan agenda rutin awal Tahun ajaran, yaitu Khutbatul ‘Arsy
atau masa orientasi santri. Tujuan utama agenda ini adalah mengenalkan berbagai
hal tentang pondok pesantren kepada santri baru.
Namun tahun ini sedikit berbeda,
santri belum bisa mengikuti kegiatan Khutbatul ‘Arsy secara langsung di Pondok.
Seharusnya, apabila santri berada di Pondok, banyak rangkaian Khutbatul ‘Arsy
yang akan diikuti, namun di kondisi pandemi ini, santri hanya mengikuti
kegiatan Kuliah Umum. Kuliah umum dilakukan secara online, melalui laman
Youtube “Ibnul Qoyyim Jogjakarta”, selama lima hari, dari tanggal 20 sampai
dengan 24 Juli 2020
Di hari pertama, Senin 20 Juli
2020, kuliah Umum diisi oleh Pimpinan PPIQ, KH. Rohadi Agus Salim Lc, S.Pd.I,
dengan tema ke-pondokan. Berisi tentang sekelumit hal tentang Pondok Pesantren
Ibnul Qoyim, mulai dari sejarah didirikannya, tokoh-tokoh pendiri, juga beberap
peristiwa fenomenal seperti didirikannya unit kedua pada tahun 2001 yaitu unit
pondok Putra. Di antara hal penting yang disampaikan oleh Pak Kiyai di hari
pertama Khutbatul ‘Arsy daring adalah tentang tujuan utama para founding father
; Kiyai Matori Al-Huda dan KH. Raden Hisyam Syafi’ie mendirikan Pondok Ibnul
Qoyyim. Tujuan utama itu adalah untuk mencetak da’i pedesaan. Mengapa demikian?
Karena pada masa itu, Kiyai Matori Al-Huda selaku Ketua sebuah ormas (kini
menjadi Yayasan) yang diberi nama Persaudaraan Djamaah Haji Indonesia ,yang
tidak lain merupakan yayasan yang menaungi PPIQ, menemukan permasalahan umat
yang begitu pelik, yaitu minimnya da’i yang menyebarkan Islam di desa-desa di
DIY. Bahkan salah satu persoalan yang menyedihkan adalah di beberapa desa belum
pernah diadakan Khutbah Jum’at, alasannya karena tidak ada da’i. Maka dari itulah para tokoh tersebut
(semoga Allah memberi balasan Jannah Firdaus untuk mereka) mendirikan Pondok
Ibnul Qoyyim untuk menyiapkan kader da’i yang akan berdakwah di desa-desa.